Jumat, 05 Juli 2013

Teladan Salaf: Abu Bakar dan Umar Bertukar Pikiran

Profil persahabatan sejati, persahabatan yang terbimbing oleh petunjuk Ilahi. Antara dua manusia terbaik ini ada sebuah hubungan atas dasar cinta karena Rabb mereka yang begitu memesona.

Abu Bakar dan Umar, mereka bertukar pikiran ketika mereka berbeda pendapat.

Hal itu terlihat pasca perang Yamamah, peperangan yang mengakibatkan gugurnya banyak penghafal qura, pada surat yang Abu Bakar kirimkan pada Zaid bin Tsabit. Dalam suratnya, Abu Bakar menuturkan,

"'Umar menemuiku dan menyatakan: 'Perang di Yamamah membuat para penghafal Alquran terbunuh. Aku khawatir apabila peperangan lainnya juga menyebabkan penghafal-penghafal Alquran gugur sehingga banyak ayat Alquran hilang. Menurutku, sebaiknya engkau mengodifikasi Alquran (sebagai tindakan pencegahan).'

Lantas aku menanggapi saran 'Umar: 'Bagaimana mungkin kita melakukan hal yang tidak dilakukan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam?'

'Umar menjawab: 'Hal ini, demi Allah, baik untuk dilakukan'.

'Umar terus-menerus mendesakku hingga Allah melapangkan hatiku untuk menerima sarannya. Akhirnya, aku sependapat dengan 'Umar."

Terlihat pula ketika beberapa masa sebelum itu, ketika banyak kaum Muslimin sepeninggal Rasulullah keluar dari Islam. Abu Bakar menghadapi itu menjadi seorang sosok yang 180 derajat dari kesehariannya, dia menjadi seorang yang kebalikan dari lemah lembut, toleran, dan penyayang. Tegas sekali untuk memerangi mereka orang-orang murtad, baik dari kalangan pengaku Nabi, kabilah dengan iman lemah, dan yang enggan membayar zakat.

Umar memiliki pendapat yang berbeda. Umar yang terkenal dengan ketegasannya menyarankan agar Abu Bakar tidak memerangi orang-orang yang tidak membayar zakat selama mereka masih melaksanakan kewajiban-kewajiban lainnya.

Berkatalah 'Umar, "Bersikap lunaklah terhadap orang-orang itu dan sayangilah mereka. Karena sekarang, mereka seperti binatang liar."

Abu Bakar terkejut, dengan roman muka berapi-api beliau berkata, "Aku amat mengharapkan bantuanmu, tapi kamu justru mengecewakanku. Pada masa Jahiliyah kamu begitu kuat namun setelah masuk Islam kamu menjadi begitu lemah.

Dengan alasan apa aku diharuskan bersikap lunak terhadap mereka? Apakah dengan sya'ir yang dibuat-buat atau dengan sihir yang diada-adakan? Itu sama sekali tidak mungkin terjadi. Nabi telah wafat dan wahyu tidak diturunkan lagi.

Demi Allah, aku akan tetap berjihad melawan mereka selama pedangku ini masih terggenggam erat di tanganku. Seandainya mereka menolak memberikan seekor unta atau kambing (zakat) yang dahulu mereka berikan kepada Rasulullah, niscaya aku akan memerangi mereka karena penolakan itu."

'Umar menyanggah, "Bagaimana engkau bisa memerangi mereka, padahal Rasulullah pernah bersabda,

'Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka berkata: 'Laa ilaaha illallaah wa Muhammad Rasulullah'. Barang siapa yang mengatakannya, harta dan darahnya terpelihara dariku kecuali yang berkaitan dengan suatu hak (yang harus ditunaikan). Adapun hisabnya adalah di tangan Allah.'"

Abu Bakar menanggapi, "Demi Allah, aku akan tetap memerangi orang yang membeda-bedakan antara kewajiban shalat dan zakat. Sebab sesungguhnya zakat adalah hak harta dan ini termasuk dalam cakupan sabda Rasulullah tersebut: 'Kecuali yang berkaitan dengan suatu hak (yang harus ditunaikan).'"

Maka 'Umar pun lega sambil berkata, "Demi Allah, setelah mendengar penjelasan Abu Bakar itu, aku menyadari bahwa Allah telah melapangkan hatinya untuk memerangi mereka. Aku juga menyadari bahwa pendapat Abu Bakarlah yang benar."

Masya Allah. Itulah ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah Imaniyyah. Utarakan dan bertukarlah pikiran. Tidak sembunyikan dan sebarkan isu gosip ghibah di belakang. Semoga Abu Bakar dan Umar selalu laku kita kenang dan jadikan teladan.

[Terotak-atik dari buku "10 Sahabat Nabi Dijamin Surga" terjemahan Al-'Asyarah al-Mubasysyaruuna bil Jannah, penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i, halaman 45 dan 61]

Buku "DAFTAR LENGKAP SISWA SMAN 5 SBY ANGKATAN 2010-2011"

Berawal dari tugas Pasca-Perisai. Dengan waktu 3 hari harus mengumpulkan nama-nama dan mimpi-mimpi seluruh smalane angkatan 2013. Setelah pemberitahuan tugas itu, para ketua kelas berkumpul dan berkoordinasi tentang tugas angkatan ini.

Alhasil, salah satu ketua kelas ditunjuk sebagai koordinator utama tugas ini. Langkah pertama orang ini adalah memberikan tugas pada seluruh ketua kelas untuk mengumpulkan data nama dan mimpi seluruh smalane di kelasnya. Harus dikumpulkan keesokan harinya ke koordinator utama ini.

Kriteria buku ini ada 3:
1. Hard Cover
2. Disertai foto 3x4 resmi berlatar biru masing-masing smalane
3. Ada judulnya

Tersibuklah ketua-ketua kelas ini dengan tugas-tugas lain.

Keesokan harinya, seusai sekolah, ketua-ketua kelas ini berkumpul lagi untuk mengumpulkan tugasnya. Alhamdulillah, seluruh kelas berhasil mengumpulkan data-data itu dengan baik meskipun masih ada nama-nama smalane dan mimpinya yang terdata.

Koordinator utama, tidak ambil pusing.

Sepulangnya dari sekolah setelah seharian bersama kawan-kawan barunya melaksanakan tugas-tugas yang lain. Koordinator utama ini segera memasukkan data-data yang diberikan ke MS Word. Satu per satu, nama per nama, mimpi per mimpi.

Ternyata mendata hampir 288 orang itu membutuhkan waktu yang cukup ekstra. Alhasil karena mendata hal itu sekaligus mencetaknya di kertas HVS biasa. Ia pun tidak tidur seharian. Hasil cetak itu ia berikan pada ibunya yang kebetulan punya koneksi ke percetakan. "Daftar Lengkap Siswa SMAN 5 Surabaya Angkatan 2010-2011, itu judul bukunya," kata dia ke ibunya.

Hari kedua ini tidaklah tenang, tugas masih banyak menanti. Setibanya ia di rumah, ia diberi kejutan yang dibawakan ibunya. Buku itu telah tercetak..... dengan soft cover. Terlepas dari kebahagiaannya, sekarang dia bingung.

Dengan jujur dia berkata bahwa pada awalnya dia meminta untuk hard-cover alias cover tebal. Mungkin waktu itu omongannya tidak terdengar ibunya. Hendak meminta bantuan untuk dijadikan hard-cover pada ibunya, permintaannya ditolak.

Ia hubungi kawannya, Nur Cholis Majid , untuk bisa menjadikan buku soft-cover ini menjadi hard-cover. Ide-ide telah tersusun, rencana-rencana sudah terbuat, tinggal eksekusi. Namun ternyata ibunya dengan kemurahan hatinya pun meminta buku itu agar diperbaiki menjadi hard-cover.

Akhirnya dia lega.

Dia menghubungi seluruh ketua kelas lain agar pada hari ketiga, hari H pengumpulan buku itu, para smalane membawa foto yang ditugaskan.

Keesokan harinya, dia diantar oleh ibunya. Di mobil, diberikanlah buku yang telah dalam keadaan hard-cover itu. Nafas besar tanda kelegaan keluar dari hidungnya.

Dia tiba di sekolah membawa buku itu dan dengan segera seluruh siswa pun datang mengelemkan fotonya pada nama yang tertera sesuai kelasnya. Dan siswa-siswa yang belum terdata mendatakan dirinya sendiri dengan tulisan tangan.

Sampai waktunya pengumpulan tugas.

Mbak-Mas Panitia Perisai memberi kami kesempatan bagi yang belum menempelkan fotonya agar segera ditempelkan. Dan setelah beberapa waktu, selesailah tugas buku angkatan itu, diterima dan diberi applause oleh Mbak-Mas.

Buku ini, setelah hari itu, seperti lenyap tak berbekas. Seperti sudah tak dipedulikan lagi keberadaannya. Bahkan oleh koordinator utamanya sendiri.

Sampai 3 tahun berikutnya, tepat pada 5 Juli 2013. Buku itu hadir lagi di malam perpisahan smalane 2013. Buku ini dipotret per halamannya dan dijadikan video. Aku melihatnya... kaget juga. Entah dengan koordinator utamanya.

Dan akhirnya, buku itu entah mengapa, aku bawa.
Melihat mimpi rekan-rekan sejawat, smalane.
Bisa jadi bahan tertawaan teman-teman sekalian karena kepolosan kita.
Atau bahan renungan diri.
Atau apapun lah, sesuai persepsi teman-teman.

Yang jelas, aku mau tanya,
Buku ini mau dikemanakan? Hehe.

Kamis, 04 Juli 2013

Teladan Salaf: Utsman bin Affan, Pembeli Surga Dua Kali

Dzun-Nurain, pemilik dua cahaya. Ruqayyah putri Nabi adalah cahaya pertama pendamping Utsman dalam hubungan cinta yang terbina mulia. Namun ajal mendahului Ruqayyah, pada suatu malam ketika Badar (2H), tersambutlah Ruqayyah oleh malaikat maut. Beberapa tahun sepeninggal Ruqayyah, cahaya kedua pun datang ke dekapan 'Utsman, tak tanggung-tanggung, beliau bernama Ummu Kultsum, adik Ruqayyah, putri Nabi yang mulia. Terjalinlah ikatan suci yang terbina indah, sampai tahun 9H Ummu Kultsum ditemui oleh ajalnya.

Suatu hari Abu Hurairah bertutur tentang 'Utsman bin 'Affan. 'Utsman bin 'Affan membeli surga dari Rasulullah shalallaahu 'alaihi wasallam dua kali. (1)

Madinah, kala tahun hijriyah pertama. Kalangan Muhajirin (2) tiba di dalam kota Nabawi. Haus dan dahaga, yang mereka rasakan. Air, yang mereka sangat butuhkan.

Sampailah berita tentang seorang laki-laki dari Bani Ghiffar. Tentang Rumah (3) yang ia miliki. Tentang Rumah yang ia jadikan ladang penghidupan. Ia hargai satu qirbah (kantong dari kulit) air dari Rumah yang ia miliki dengan ganti satu mud (sekitar 544 gram) makanan.

Rasulullah bertanya kepada laki-laki dari Ghiffar ini, "Sudikah kamu menjualnya dengan ganti satu mata air di Surga?"

Laki-laki ini menjawab, "Wahai Rasulullah, aku tak punya apa-apa lagi selain sumber air ini. Tak pula aku bisa menjualnya seperti permintaan Engkau."

Pembicaraan itu tertangkap oleh 'Utsman bin 'Affan. Tertarik dengan balasan yang ada di sisi Allah. 'Utsman bertanya pada Nabi,

"Akankah aku mendapatkan mata air di Surga seperti yang engkau janjikan kepada laki-laki dari Bani Ghiffar tadi (jika aku membeli dari lelaki Bani Ghiffar itu) ?"

Rasulullah menjawab, "Tentu saja". 'Utsman berkata, "Kalau begitu, biarlah aku yang membelinya dan aku mewakafkannya untuk kaum Muslimin."

'Utsman pun membelinya, tak ragu-ragu, seharga 35.000 dirham. Jika dikonversikan ke Rupiah, maka 35.000 dirham itu senilai Rp2.450.000.000 !

Itulah kali pertama 'Utsman membeli surga dari Rasulullah yang disebutkan Abu Hurairah.

Islam sejak kemunculannya selalu dijadikan sesuatu yang awas nomor wahid oleh Romawi. Tak jarang terjadi peperangan antara Islam dan Romawi baik di jaman Nabi baik setelahnya. Salah satu perang itu adalah Perang Tabuk, atau juga disebut Ghazwatul-'Usrah (Perang Kesulitan) karena berkumpulnya berbagai ragam kesulitan dalam perang ini di pihak kaum Muslimin.

Nabi Muhammad dan para sahabat pun mempersiapkan perang ini. 'Utsman bin 'Affan tidak mau ketinggalan.

Suatu momen, Rasulullah menyiapkan pasukan untuk menghadapi Perang Tabuk. 'Utsman datang menghampiri Nabi, lalu meletakkan sesuatu yang ia bawa kepada pangkuan Nabi. Rasulullah melihat dan membolak-baliknya, ternyata itu adalah dinar, lebih tepatnya 1000 dinar. Rp2.000.000.000 sekaligus dalam satu waktu.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Setelah hari ini, apa pun yang dilakukan 'Utsman tidak akan membahayakan dirinya (di akhirat)." (4)

Tak hanya itu, 'Utsman mempersiapkan bagi kaum Muslimin yang akan menghadapi Tabuk dengan dana sebesar 700 uqiyah emas. 1 uqiyah emas kira-kira 7 dinar. 700 uqiyah emas 7 dinar, berarti dinar yang diberi tanpa syarat oleh Utsman sebesar 4900 dinar. Satu dinar seharga Rp2.000.000 , maka 4900 dinar sama dengan Rp9.800.000.000 !

'Utsman bin 'Affan tak hanya menyiapkan dari sisi pendanaan. Namun juga dari sisi kendaraan. Beliau menyiapkan 750 ekor unta dan 50 ekor kuda guna menghadapi perang tabuk.

Jika dipukul rata satu unta seharga Rp10.000.000 dan satu kuda juga seharga itu. Maka kita dapati untuk kendaraan, 'Utsman membantu sebesar Rp8.000.000.000 !

Jadi untuk perang Tabuk, total bantuan 'Utsman yang terlihat adalah sebesar Rp19.800.000.000 . Jumlah fantastis.

Inilah kali kedua 'Utsman membeli surga dari Rasulullah sebagaimana yang disebutkan Abu Hurairah.

Semoga 'Utsman tetap laku dalam kenang dan teladan kita. Semoga kita segera tergerak dalam membeli surga dengan apapun yang kita miliki. Segera, tanpa tunda.

(1) HR Al-Hakim dan Abu Nu'aim
(2) Orang-orang yang berhijrah dari Mekkah ke Madinah
(3) Sebutan untuk mata air yang dimiliki seorang lelaki dari Bani Ghiffar
(4) HR Tirmidzi dan al-Hakim

[Terotak-atik dari buku "10 Sahabat Nabi Dijamin Surga" terjemahan Al-'Asyarah al-Mubasysyaruuna bil Jannah, penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i, halaman 223-224]

Teladan Salaf: Umar & Abdullah tentang Usamah & Zaid

Sekitar Muharram, tahun 20 H. Kala itu kaum muslimin dipimpin oleh al-Faruq Umar bin Khaththab, insan yang ucapannya beberapa kali selaras dengan wahyu Allah yang belum diturunkan. Amirul Mu`minin yang pertama dan yang tak akan pernah tergantikan. Sosok yang tak pernah bisa diam dalam memegang amanah besar.

Saat itu, Umar bin Khaththab melakukan pembaruan dalam bidang kenegaraan, salah satunya ialah pengistimewaan dalam alokasi bantuan kepada setiap muslim. Di masa ash-Shiddiq, ia menyamaratakan pembagian harta itu bagi setiap muslim.

Pembaruan ini dipersoalkan. Al-faruq bukan membuat kebijakan itu tanpa alasan, ia menegaskan,

"Aku tidak akan menyamakan orang yang pernah memerangi Rasul shalallahu 'alaihi wasallam dengan orang yang sejak dahulu berperang bersama beliau."

Umar pun mengistimewakan istri-istri Nabi, lalu ia istimewakan pejuang Badar, kemudian ia dahulukan pejuang Uhud, lalu ia pilah kaum Muslimin berdasarkan bacaan Alquran dan gerakan jihad mereka. Maka setelah semua terpilah dan masih ada sisa-sisa kaum muslimin yang istimewa hanya dengan tauhid dan pengamalan rukun Islamnya, Umar pun membagi rata di kalangan mereka.

Ibnu Umar, Abdullah. Putra kedua Umar ini adalah seorang pemuda gagah yang tak kenal takut pada selain Allah. Buah tak pernah jauh ketika jatuh dari pohonnya, putra Umar ini pun tak segan menyerahkan apa yang ia butuh lagi gemari kepada yang membutuhkan. Pribadi gemilang ini adalah salah satu perhiasan kaum muslimin.

Suatu ketika Abdullah ibnu Umar berkomentar tentang hasil kebijakan yang ayahnya lakukan,

"Wahai Ayah, Engkau alokasikan dana untukku sebesar tiga ribu dirham sedangkan untuk Usamah sebesar empat ribu dirham."

lanjut Abdullah, "Padahal, aku pernah mengikuti peperangan yang tidak diikuti Usamah (bin Zaid)."

Pemuda ini tidak menghendaki dirinya dijatah banyak. Yang ia kehendaki adalah ketidakjatuhan ayah yang ia kasihi dalam kezholiman dalam penentuan jumlah bantuan. Maka bentuk kasih mana lagi yang lebih mengagumkan dari mengingatkan sang terkasih untuk tidak tercatat baginya kezholiman?

Umar bin Khaththab pun menjelaskan, "Aku menambahkan alokasi dana itu untuk Usamah karena dia lebih dicintai Rasulullah daripada kamu. Ayahnya juga lebih beliau cintai daripada ayahmu ini."

Dan teranglah, Umar tak tentukan kebijakan itu hanya atas dasar egonya. Ia tetapkan itu dengan berusaha tetap dalam ridho Allah dan orang yang paling ia cintai dalam hidup dan setelah matinya.

Dan Abdullah bin Umar? Dengan senang hati dan rela dengan keputusan ayahandanya tercinta. Dua pribadi ini, semoga terletak dalam kenang dan jajaran teladan kita.

[Terotak-atik dari buku "10 Sahabat Nabi Dijamin Surga" terjemahan Al-'Asyarah al-Mubasysyaruuna bil Jannah, penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i, halaman 204-205]

Minggu, 23 Juni 2013

Jurang, Jujur Sakpirang-pirang

     Saat kekosongan itu menerpa,
     Saat itu aku merindukan sosok biasa,
     Aku bukannya merindu,
     Aku hanya meragu,

Meragukan yang tak pantas kuragukan,
Akankah kau di sana bermain di belakangku?

          Ini bukan tentang wanita dan karsanya,
          Ini tentang angkara raksasa,
          Yang besarnya melebihi semesta...ku,
          Yang dahsyatnya tak cukup terkepal tangan...ku,

Maka senggol saja,
Ke kanan agar semuanya jatuh ke dasar tanah,
Tertawalah kamu di sana,
Maka aku tertawa sambil turun menghunjam,
Bahwa tak selamanya di atas gunung itu mulia,

                     Kau memilih mengabaikan,
                     Lalu kau pun menoleh pada kesemuaan yang di atas bukit itu,
                     Berkatalah kau pada mereka berlembut lisan,
                     "Ukhuwah kita adalah ukhuwah penuh cinta"
                     Mereka pun bercerah mimik wajah,
                     "Sudah kujatuhkan pengingkar cinta kita"
                     Mereka melihat kami yang sedang di tengah jalan menemui tanah,

Aku tak mengerti,
Indoktrinasi,
Aku rasa aku benar,
Benar dalam kenyataan aku dan mereka sejenis,
Sejenis dalam haluan dan asa,
Maksudku, Hey,
Di mulut kami semua terukir bulan dan bintang,
(Aku tak sempat melihat hati mereka, mana bisa)
(Dan aku tak mau tinggi hati sebut hatiku berukir bulan dan bintang)
Aku kira itu sudah menjadi identitas dasar kami,
Salahkah aku?

                                                       Ternyata tidak.
                                             Mengapa?
                                                        Sederhana Saja, Kawan.

        Aku hanya berujar cinta,
        Kebencian lah mereka cerna,
        Aku hanya berujar arah,
        Penyesatan lah mereka duga,

                Jelas saja, di depan mataku.
                                  Ada apa?
                Bulan dan bintang itu... mereka ganti Athena.
                                  Oh, ya?
                Ya.
                                  Pantas kamu.

Kamu sangat bisa memahamiku.
Namun mereka tidak.
Mereka memilih mendorong kami jatuh dari bukit itu.
Kami lihat di tanah ada unggun api,
Kamu tahu itu tandanya apa?

                         Aku dengar mereka di atas sana tertawa,

Di bawah,
Kami pun berhangat dengan api unggun itu,

                                                                   Hey, Sudah tenang?
                                                             Su
                                                                   Mengapa api unggun ini nyala?
                                                             Ingat beberapa tahun lalu?

Ada apa?
Oh, ada yang jatuh pula dari sini.
Aku lihat dari kejauhan, membawa senjata yang kutahu penduduk
atas bukit itu tak punya penahannya,

                                           Kita tunggu saja
                                                      Apa? Aku tak mau,
                                           Biar mereka jatuh juga ke sini
                                                      Bodoh!
                                           Apa?

Kita bukan mereka,
Kita bukan yang berlisan bulan dan bintang,
Kita harus berhati bulan dan bintang,
Kita berujar bukan untuk menebar benci,
Kita berujar bukan untuk menebar ragu,

                  Biarkan mereka tertipu?
                          Mereka telah tertipu!
                  Maka?
                          Apa kita mau?

Ukhuwah kita adalah ukhuwah penuh cinta
Ukhuwah kita adalah ukhuwah dari lubuk terdalam
Ukhuwah kita bukan alasan untuk buta
Ukhuwah kita bukan alasan untuk lumpuh
Ukhuwah kita bukan alasan untuk tuli, apalagi bisu

Kita harus segera bergegas ke sana,
       Mengapa?
Kita harus selamatkan semuanya!

Minggu, 28 April 2013

AAAAAAA AAAA AAAAAAA

"Aku ingin menjadi kado termanis untukmu."
"Apa? Kamu ingin jadi gula jawa?"
"Ahaha, tidak, aku bukan orang jawa, aku orang blasteran, catat."
"Ah, blasteran juga darah lokal!"
"Apa kamu tak ingat kalau ada darah internasional mengalir di tubuhku?"
"Aku gak terima, itu kan jauh, dari nenekmu!"
"Apapun itu, darah tetap darah."
"Alah, alasan aja itu, haha."
"Aku tetap ingin menjadi kado termanis untukmu."
"Apa sih maksudmu?"
"Apa kamu mau tahu?"
"Apa aku harus tahu?"
"Aaah... Menurutmu?"
"Aku tidak harus tahu."
"Aku menganggap kamu harus tahu."
"Alangkah baiknya kau berkata sekarang jika memang baik untuk kita."
"Aku sudah menyiapkan bertahun-tahun untuk momen ini."
"Apa momen itu?"
"Aku bertanya padamu."
"Apa pertanyaan yang hendak kau tanyakan padaku?"
"Apakah kamu ingin menjadi istriku?"
"Aaaahahahahahahaha..... Mau lah, mengapa harus bermain lama denganku?"

Amboi
Aduhai indahnya yang tepat pada waktunya
Alangkah syahdunya yang tergesa
Adalah ketergesaan itu langkah setan
Aku yakin bahwa waktu yang tepat akan selalu membuahkan hasil lebih indah
Aku harap diri ini mampu istiqomah..
Allah...
Aamiin...

Senin, 18 Maret 2013

Ad-Darsuts-Tsaaniy (Pelajaran Kedua) DL 1

Maa Dzaalika? (ما ذلك؟) Apa itu?
Dzaalika Najmun (ذلك نجم) Itu bintang

Haadzaa Masjidun (هذا مسجد) Ini masjid
Wa dzaalika baytun (و ذلك بيت) Dan itu rumah

Haadzaa hishoonun (هذا حصان) Ini Kuda
Wa Dzaalika himaarun (و ذلك حمار) Dan itu keledai

A dzaalika kalbun? (أ ذلك كلب؟) Apakah itu anjing?
Laa, dzaalika qiththun (لا، ذلك قطّ) Tidak, itu kucing

Maa dzaalika? (ما ذلك؟) Apa itu?
Dzaalika sariirun (ذلك سرير) Itu kasur

Man Haadzaa wa man dzaalika? (من هذا و من ذلك؟) Siapa ini dan siapa itu?
Haadzaa mudarrisun wa dzaalika imaamun (هذا مدرس و ذلك إمام) Ini guru dan itu imam

Maa dzaalika? (ما ذلك؟) Apa itu?
Dzaalika hajarun (ذلك حجر) Itu batu

Haadzaa sukkarun (هذا سكّر) ini gula
wa dzaalika labanun (و ذلك لبن) dan itu susu

-----------------------------------------------------------

Apa itu Dzaalika (ذلك) ?
Dzaalika (ذلك) adalah salah satu Ismul Isyaarah (اسم الإشارة) yang berarti "Itu"

Dzaalika (ذلك) digunakan untuk menunjuk:
1. Mufrad (مفرد) tunggal
2. Mudzakkar (مذكر) laki-laki
3. Ba'iid (بعيد) jauh

-----------------------------------------------------------

Kosakata baru di Pelajaran Kedua:

Imam =إمام = Imaamun
Batu =حجر = Hajarun
Gula =سكّر = Sukkarun
Susu =لبن = Labanun

------------------------------------------------------------

Pelajaran Pertama