Jumat, 05 Juli 2013

Teladan Salaf: Abu Bakar dan Umar Bertukar Pikiran

Profil persahabatan sejati, persahabatan yang terbimbing oleh petunjuk Ilahi. Antara dua manusia terbaik ini ada sebuah hubungan atas dasar cinta karena Rabb mereka yang begitu memesona.

Abu Bakar dan Umar, mereka bertukar pikiran ketika mereka berbeda pendapat.

Hal itu terlihat pasca perang Yamamah, peperangan yang mengakibatkan gugurnya banyak penghafal qura, pada surat yang Abu Bakar kirimkan pada Zaid bin Tsabit. Dalam suratnya, Abu Bakar menuturkan,

"'Umar menemuiku dan menyatakan: 'Perang di Yamamah membuat para penghafal Alquran terbunuh. Aku khawatir apabila peperangan lainnya juga menyebabkan penghafal-penghafal Alquran gugur sehingga banyak ayat Alquran hilang. Menurutku, sebaiknya engkau mengodifikasi Alquran (sebagai tindakan pencegahan).'

Lantas aku menanggapi saran 'Umar: 'Bagaimana mungkin kita melakukan hal yang tidak dilakukan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam?'

'Umar menjawab: 'Hal ini, demi Allah, baik untuk dilakukan'.

'Umar terus-menerus mendesakku hingga Allah melapangkan hatiku untuk menerima sarannya. Akhirnya, aku sependapat dengan 'Umar."

Terlihat pula ketika beberapa masa sebelum itu, ketika banyak kaum Muslimin sepeninggal Rasulullah keluar dari Islam. Abu Bakar menghadapi itu menjadi seorang sosok yang 180 derajat dari kesehariannya, dia menjadi seorang yang kebalikan dari lemah lembut, toleran, dan penyayang. Tegas sekali untuk memerangi mereka orang-orang murtad, baik dari kalangan pengaku Nabi, kabilah dengan iman lemah, dan yang enggan membayar zakat.

Umar memiliki pendapat yang berbeda. Umar yang terkenal dengan ketegasannya menyarankan agar Abu Bakar tidak memerangi orang-orang yang tidak membayar zakat selama mereka masih melaksanakan kewajiban-kewajiban lainnya.

Berkatalah 'Umar, "Bersikap lunaklah terhadap orang-orang itu dan sayangilah mereka. Karena sekarang, mereka seperti binatang liar."

Abu Bakar terkejut, dengan roman muka berapi-api beliau berkata, "Aku amat mengharapkan bantuanmu, tapi kamu justru mengecewakanku. Pada masa Jahiliyah kamu begitu kuat namun setelah masuk Islam kamu menjadi begitu lemah.

Dengan alasan apa aku diharuskan bersikap lunak terhadap mereka? Apakah dengan sya'ir yang dibuat-buat atau dengan sihir yang diada-adakan? Itu sama sekali tidak mungkin terjadi. Nabi telah wafat dan wahyu tidak diturunkan lagi.

Demi Allah, aku akan tetap berjihad melawan mereka selama pedangku ini masih terggenggam erat di tanganku. Seandainya mereka menolak memberikan seekor unta atau kambing (zakat) yang dahulu mereka berikan kepada Rasulullah, niscaya aku akan memerangi mereka karena penolakan itu."

'Umar menyanggah, "Bagaimana engkau bisa memerangi mereka, padahal Rasulullah pernah bersabda,

'Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka berkata: 'Laa ilaaha illallaah wa Muhammad Rasulullah'. Barang siapa yang mengatakannya, harta dan darahnya terpelihara dariku kecuali yang berkaitan dengan suatu hak (yang harus ditunaikan). Adapun hisabnya adalah di tangan Allah.'"

Abu Bakar menanggapi, "Demi Allah, aku akan tetap memerangi orang yang membeda-bedakan antara kewajiban shalat dan zakat. Sebab sesungguhnya zakat adalah hak harta dan ini termasuk dalam cakupan sabda Rasulullah tersebut: 'Kecuali yang berkaitan dengan suatu hak (yang harus ditunaikan).'"

Maka 'Umar pun lega sambil berkata, "Demi Allah, setelah mendengar penjelasan Abu Bakar itu, aku menyadari bahwa Allah telah melapangkan hatinya untuk memerangi mereka. Aku juga menyadari bahwa pendapat Abu Bakarlah yang benar."

Masya Allah. Itulah ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah Imaniyyah. Utarakan dan bertukarlah pikiran. Tidak sembunyikan dan sebarkan isu gosip ghibah di belakang. Semoga Abu Bakar dan Umar selalu laku kita kenang dan jadikan teladan.

[Terotak-atik dari buku "10 Sahabat Nabi Dijamin Surga" terjemahan Al-'Asyarah al-Mubasysyaruuna bil Jannah, penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i, halaman 45 dan 61]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar