Senin, 04 Juni 2012

Tentang Masa Orientasi Siswa

Tentang Masa Orientasi Siswa
Oleh : Baskoro Aris Sansoko (SMAN 5 Surabaya)
A.               A.  Pembuka

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Pendidikan karakter merupakan hal yang esensial untuk diterapkan pada negara Indonesia ini, dan pada banyak sekolah diterapkan sebuah bentuk kegiatan bernama Masa Orientasi Siswa (MOS) sebagai metode pendidikan karakter.

Penulis dalam essay ini membahas tentang MOS yang ideal dan efektif, karena selama ini MOS yang dilaksanakan dinilai oleh panitia MOS sendiri tidak efektif. Nah, sebelum kita membahas mengenai MOS, kita harus mengetahui apa sebenarnya tujuan pendidikan nasional itu sendiri. Mari kita simak.

B.                 B. Mengenal Pendidikan, Keserasian antara UU No. 20 Tahun 2003 dan Tarbiyah Islamiyyah

Pendidikan adalah salah satu unsur yang tidak bisa dihilangkan dari kehidupan manusia. Seluruh manusia merupakan objek, sekaligus subjek pendidikan. Manusia sebagai objek pendidikan sejak berada di dalam kandungan ibu, dengan cara diberikan banyak rangsangan untuk menguatkan pertumbuhan otak, dan manusia sebagai subjek pendidikan dilakukan sejak manusia mempunyai keasadaran untuk memilah mana yang baik dan mana yang buruk, contohnya adalah seorang laki laki yang berumur 9 tahun menggandeng adik perempuannya yang berumur 5 tahun untuk menyeberangi jalan, dan banyak contoh lain manusia sebagai subjek pendidikan.

Pendidikan memiliki banyak pengertian, untuk mempersempit pengertian pendidikan, maka penulis membawakan dua pengertian pendidikan, yang pertama adalah pengertian pendidikan berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS,  yang kedua adalah pengertian tarbiyah islamiyyah oleh Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi.

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, di dalamnya terdapat pengertian pendidikan, yaitu :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Di dalam pengertian pendidikan di atas, ada keserasian dan hubungan dengan pengertian Tarbiyyah Islamiyyah yang akan datang.

Secara bahasa, Tarbiyyah merupakan mashdar (kata dasar) dari rabba – yurobbi yang artinya adalah pemeliharaan, pengasuhan, dan bisa juga diartikan sebagai pendidikan. Sedangkan Islamiyyah merupakan na’at (pensifatan) dari kata Tarbiyyah, dimana Islamiyyah itu berarti secara Islam. Jika dikombinasikan, Tarbiyyah Islamiyyah berarti Pendidikan yang diajarkan Islam.

Sedangkan secara istilah, Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi menjelaskan dengan ringkas dan padat, bahwa Tarbiyyah Islamiyyah adalah :

Melaksanakan berbagai metode dan sarana yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam untuk menjaga manusia dan memeliharanya sampai dia menjadi pemimpin di atas bumi ini dengan kepemimpinan yang ditetapkan melalui peribadatan yang sempurna kepada Allah Rabbul ‘aalamiin.

Atau jika dijabarkan, maka Tarbiyyah Islamiyyah adalah pelaksanaan berbagai metode dan sarana yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam untuk menjaga manusia dan memeliharanya sampai dia mempunyai ‘aqidah yang selamat, dan beramal dengan amal yang tidak bertentangan dengan aturan Allah, serta istiqomah dalam menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, sehingga dengan empat karakter yang esensial itu, dia menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri ataupun orang lain, di atas bumi ini dengan kepemimpinan yang ditetapkan melalui peribadatan yang sempurna kepada Allah Rabbul ‘Aalamiin (artinya adalah kepemimpinan itu mendatangkan barokah untuk bumi ini).

Lantas apa keserasian antara UU No. 20 Tahun 2003 dan Tarbiyah Islamiyyah ?  Pada UU No. 20 tahun 2003 terdapat  tujuan pendidikan yaitu memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, tujuan pendidikan dalam UU No. 20 tahun 2003 ini tidak akan bisa dicapai masyarakat Indonesia (dikhususkan di sini Umat Islam) kecuali melalui Tarbiyyah Islamiyyah yang sejati, yaitu Pendidikan Islam yang metode dan isinya tidak bertentangan dengan syari’at Islam, sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah yang dipahami dengan pemahaman para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in, serta para ulama yang mengikuti 3 generasi terbaik.

Apa fakta yang bisa menguatkan bahwa Tarbiyyah Islamiyyah yang sejati ini diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan di Indonesia ?
Pada 1400 tahun yang lalu, sistem pendidikan ini telah membawakan sebuah bangsa yang terbelakang menjadi bangsa yang terdepan, bangsa yang membuat dua imperium besar yakni Roma dan Persia pun menjadi takluk.

Dan fakta yang menguatkan bahwa tanpa Tarbiyyah Islamiyyah yang sejati ini (dengan arti lain, dengan Tarbiyyah Islamiyyah yang tidak asli, apalagi selain Tarbiyyah Islamiyyah) akan membuat tujuan pendidikan di Indonesia gagal ? Hal ini bisa kita lihat dari sebab kemunduran Umat Islam, bukan karena banyak Umat Islam yang murtad, melainkan tambah banyak kaum muslimin seiring waktu berjalan mulai melepaskan diri dari Tarbiyyah Islamiyyah yang sejati ini, meskipun menggunakan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai dasar pemikiran, tetapi mulai meninggalkan tafsir para generasi terbaik, sehingga mundurlah Umat Islam beserta itu pula masyarakat di banyak belahan dunia.

Ditegaskan oleh Al-Imam Malik, salah satu imam dari empat madzhab besar  :

لَنْ يَصْلُحَ آخِرُ هَذِهِ اْلأُمَّةِ إِلاَّ بِمَا صَلُحَ بِهِ أَوَّلُهَا

“Tidak akan menjadi baik generasi akhir umat ini kecuali dgn perkara-perkara yang dengannya telah menjadi baik generasi awal umat ini.”

Dari fakta fakta ini, kita bisa mengambil kesimpulan, tanpa ada Tarbiyyah Islamiyyah yang sejati, maka tujuan Pendidikan Indonesia tidak akan bisa tercapai.

Hanya saja, meskipun kaum muslimin di Indonesia ini mengetahui bahwa Tarbiyyah Islamiyyah adalah solusi terbaik untuk pendidikan ini, tetapi rata rata pengetahuan itu hanyalah sebatas tahu, dan ketika diajak untuk menerapkan Tarbiyyah Islamiyyah, maka timbullah jawaban “kita harus toleransi dengan agama lain”, “hal ini akan membuat Islam menindas agama lain”, dan alasan alasan lain yang menolak penerapan Tarbiyyah Islamiyyah (bahkan pada keluarganya sendiri).

Sebab terjadinya penolakan ini, adalah ketidak-pahaman sebagian besar kaum muslimin tentang keadaan mmasyarakat Islam di zaman Rasulullah yang damai meskipun bersama non-muslim. Pada zaman sekarang pun banyak ulama yang berfatwa tentang bolehnya donor darah pada non muslim, tentang dilarangnya meneror non muslim, dan selainnya. Sayangnya, banyak anggota masyarakat Islam tidak mengetahuinya.

C.                C.  Pendidikan Karakter

C.1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. (Kemendiknas)

Apakah karakter itu ?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian karakter adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”.

Karakter sama dengan khuluqun (bentuk jamaknya adalah akhlaaqun), karena keduanya memiliki makna yang sama. Di dalam kamus al-Munawwir dikatakan bahwa khuluqun berarti tabiat, budi pekerti, kebiasaan. Kesimpulannya, karakter dan khuluqun ini sama.

Karakter/akhlaaq ada dua macam, karakter yang baik (akhlaaq hasanah) dan karakter yang buruk  (akhlaaq sayyi-ah). Dikatakan orang itu berkarakter baik jika karakternya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, dan dikatakan orang itu berkarakter jelek jika karakternya berlawanan dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

            C.2. Karakter Karakter yang Ditanamkan pada Peserta Didik

Pada Bab B, penulis mengatakan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia, tidak akan bisa tercapai kecuali dengan Tarbiyyah Islamiyyah yang sejati. Maka, kita harus merujuk kepada Islam mengenai karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik.

Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula : “خُلُقٍ حُسْنُ اَلْبِرُّ. Kebajikan itu keluruhan akhlaq/karakter” (Hadits Riwayat Muslim)

Dari hadits ini, para ulama menjelaskan beberapa macam karakter karakter / akhlaq yang baik, di antaranya adalah Ibnu Rajab al-Hanbaly, beliau berkata dalam kitab Jami’ul uluum wal hikaam :

“Diantara makna al birr adalah mengerjakan seluruh ketaatan, baik secara lahir maupun batin. (Makna seperti ini) tertuang dalam firman Allah ta'ala,

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ (١٧٧)
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (Al Baqarah: 177).”

Dari ayat ini dan hadits tadi, kita bisa menggabungkan keduanya dan menyimpulkan bahwa mengerjakan seluruh ketaatan baik yang dhohir ataupun bathin merupakan karakter yang luhur. Diantaranya adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan menepati janjinya apabila berjanji, serta sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

Kesimpulan, Akhlaq/karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik adalah akhlaq/karakter yang merupakan bentuk ketaatan kepada Allah Rabbul ‘aalamiin.

C.3. Metode Pendidikan Karakter yang Sesuai dengan Tarbiyyah Islamiyyah

Metode pendidikan karakter ini memiliki enam unsur, yaitu asas, landasan, arah, nilai nilai, prinsip, dan bentuk. Penulis tidak membahas tentang lima unsur pertama, karena lima unsur pertama merupakan hal yang ada di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, penulis membahas mengenai bentuk pendidikan karakter.

Ada dua macam bentuk pendidikan karakter yang sesuai dengan tarbiyyah islamiyyah, bentuk yang sudah baku (telah diajarkan oleh Rasulullah, sehingga tidak boleh ada penambahan atau pengurangan) seperti shalat, zakat, haji, dan semacamnya , dan bentuk yang baru tetapi tidak menyelisihi aturan Rasulullah, seperti diadakan kurikulum, kemudian diadakan standar kelulusan, sarana belajar, dan lain lain.

Bentuk yang kedua ini, harus dipastikan tidak bertentangan dengan Islam, sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang besar.

D.              D.  Masa Orientasi Siswa

Masa Orientasi Siswa atau MOS adalah kegiatan yang memiliki tujuan untuk menanamkan nilai dan norma yang berlaku dalam lembaga pendidikan kepada peserta didik baru.

MOS satu sekolah dengan sekolah yang lain berbeda, ada yang sekedar pengenalan peserta didik terhadap budaya sekolah, ada pula yang disertai dengan game game outdoor dan indoor yang bernuansa riang gembira, dan ada pula yang disertai dengan bentakan dan suasana tegang.

         D.1. Apakah Masa Orientasi Siswa Efektif ?

Mengenai ke-efektif-an MOS, penulis meneliti mengenai MOS yang dilaksanakan di empat SMAN favorit di Surabaya yang berada dalam satu komplek, dan dua SMPN favorit di Surabaya.

Penulis mewawancarai total dua puluh panitia MOS pada seluruh sekolah tersebut, dan dua puluh peserta MOS pada seluruh sekolah tersebut. Dan 30 orang mengatakan bahwa Masa Orientasi Siswa yang dilaksanakan tidak efektif, dalam artian nilai dan karakter yang disampaikan hanya diaplikasikan dalam waktu yang sebentar, kemudian kembali lagi dalam keadaan sebelum MOS.

Ketidak efektifan ini memiliki dua faktor utama, yaitu 1) panitia MOS yang tidak bisa dijadikan teladan, hanya menjadi sosok ideal ketika MOS dilaksanakan, 2) tidak ada follow-up yang diberikan setelah MOS, sehingga peserta MOS melupakan dan mengabaikan nilai nilai yang telah diberi.

Faktor faktor lainnya adalah, 1) bentuk acara MOS yang kurang jelas, 2) tugas tugas yang memberatkan tapi tidak ada esensi yang bermanfaat.

            D.2. Masa Orientasi Siswa yang Efektif

Penulis menggolongkan Masa Orientasi Siswa sebagai metode pendidikan karakter, pada Bab C.3. penulis mengatakan bahwa metode pendidikan memiliki enam unsur, yaitu asas, landasan, arah, nilai nilai, prinsip,dan bentuk.

Asas MOS yang efektif adalah Islam.

Landasan MOS yang efektif terbagi menjadi tiga, landasan filosofis / ideologi yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah, landasan konstitusional yaitu merujuk kepada aturan Allah dan Rasulullah, dan landasan operasional yaitu hasil dari perundingan orang orang yang ahli / ditunjuk di bidangnya untuk merumuskan pelaksanaan MOS.

Arah MOS yang efektif adalah untuk menanamkan karakter karakter kepada peserta didik, sehingga peserta didik menjadi pribadi yang diridhai Allah.

Nilai nilai yang ditanamkan pada MOS yang efektif diantaranya adalah bertauhid, mengikuti tuntunan Rasulullah dalam beramal, keikhlasan, berbakti kepada kedua orang tua, jujur, pengendalian emosi, kesabaran, cinta mencintai, rendah hati, amanah, menjaga kehormatan, dan karakter karakter mulia lainnya.

Prinsip prinsip MOS yang efektif adalah prinsip iman dan taqwa yaitu meninggalkan segenap bentuk kemungkinan munculnya gejala gejala yang dapat menghapuskan nilai nilai yang akan ditanamkan, prinsip sumber rujukan yaitu mengambil keputusan setelah merujuk kepada orang yang berilmu dan keputusan itu tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah, prinsip pemerataan yaitu tidak adanya diskriminasi dalam penanaman nilai nilai pada MOS, prinsip mafsadat dan maslahat yaitu memperhatikan tentang segi maslahat dan mafsadat suatu keputusan, prinsip prioritas yaitu menanamkan hal hal yang lebih diperlukan oleh peserta MOS, prinsip selaras dengan keadaan manusia yaitu memperhatikan kondisi jiwa peserta MOS.

Bentuk MOS yang efektif dibagi menjadi 3, Pra-MOS (untuk panitia), MOS, Pasca-MOS.

Pra-MOS adalah kegiatan penanaman nilai nilai kepada panitia MOS dimana nilai nilai itu akan ditanamkan kepada peserta MOS, dengan cara mengadakan pelatihan pelatihan 3 bulan sebelum MOS, dan ditekankan pada pembinaan ‘aqidah dan akhlaq panitia MOS. Pada Pra-MOS panitia membuat daftar perkembangan karakter dirinya, yang diawali ketika panitia mendaftar sebagai panitia MOS, dan diakhiri ketika hari sebelum MOS, dan setiap hari harus ada perkembangan. Selain itu, panitia dibentuk menjadi beberapa kelompok, yang dimana dalam masing masing kelompok itu ada 2 orang yang lebih siap untuk membina yang lain, sehingga dengan dibentuknya kelompok itu, masing masing panitia akan lebih mudah mengingatkan panitia yang lain untuk senantiasa menjaga ibadah, akhlaq, dan adabnya baik ketika sendiri maupun di depan umum.

MOS diisikan dengan kegiatan kegiatan yang menunjang penanaman nilai nilai tersebut, tidak harus selalu melalui kajian kajian keagamaan (tetapi harus ada), bisa juga dengan model permainan yang bisa mempercepat tertanamnya karakter itu ke jiwa peserta MOS. Pada hari MOS, panitia adalah sosok yang bisa menghayati ayat ayat al-Qur’an dan hadits Nabi, sehingga wibawa panitia tanpa perlu bertindak keras dan mencekam pun sudah terlihat dengan jelas oleh peserta MOS. Pada hari MOS, peserta dibagi menjadi kelas-kelas, dan diberi tugas individu dan kelompok yang tidak memberatkan peserta MOS, dan apabila tidak sanggup mengerjakan tugas itu, maka peserta MOS akan didorong panitia untuk mencari hukuman untuk peserta MOS sendiri, apabila sanggup maka diberikan imbalan. Dan ada panitia MOS yang khusus untuk memberi dukungan lebih dekat kepada peserta MOS, dan panitia yang lain juga mendukung dan tidak perlu bermuka masam, apalagi melakukan shalat berjama’ah dalam dua tempat terpisah.

Pasca-MOS adalah kegiatan yang bersifat sebagai follow up untuk peserta MOS, sehingga peserta MOS tidak akan lupa dengan karakter karakter yang ditanamkan oleh panitia MOS. Pasca-MOS yang penulis maksud adalah dalam bentuk masing masing panitia yang sudah dikelompokkan senantiasa mempererat hubungan dengan anggota kelompoknya, dan kepada panitia yang memang sudah ditunjuk secara khusus untuk mendampingi peserta MOS mengadakan liqo’ mingguan sampai lulus dari sekolah dengan peserta yang sudah dibagi per kelas untuk mengingatkan peserta MOS senantiasa berada dalam aturan Allah dan Rasulullah.

E.                 E. Kesimpulan

Kesimpulan penulis adalah, dalam pelaksanaan MOS, kita harus melandaskan semuanya kepada Islam, karena (sesuai penjelasan penulis pada bab B) hanya dengan Tarbiyyah Islamiyyah yang sejati akan tercapai tujuan pendidikan nasional.

Ketika melaksanakan rangkaian kegiatan MOS (dari pra-MOS, sampai pasca-MOS), penekanan terkuat adalah kepada panitia, karena panitia merupakan sosok yang akan ditiru oleh peserta MOS, jika sosok panitia tidak bisa istiqomah, maka para peserta pun tidak akan menerima nilai nilai yang ditanamkan, sehingga tujuan tidak akan tercapai.

Dan dalam membentuk kelompok panitia MOS, hendaknya diperhatikan karakter karakter masing masing panitia, sehingga masing masing anggota kelompok yang telah dibuat bisa saling bersinergi dan mendukung satu sama lain.

F.                 F.  Penutup

Demikian yang bisa saya sampaikan, apabila dalam essay ini ada kebenaran maka itu datangnya dari Allah, dan apabila ada kesalahan maka itu datang dari penulis sendiri. Terima kasih, wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar